
Medan — Dari sekian banyak hal yang bisa dilakukan dengan kecerdasan buatan (AI), ternyata mayoritas pengguna chatbot bikinan OpenAI, ChatGPT justru memanfaatkannya untuk hal-hal sederhana, yaitu curhat (mencurahkan isi hati) dan bertanya. Menurut riset terbaru OpenAI yang berkolaborasi bersama sejumlah ilmuwan, hampir separuh (49 persen) pesan yang diketik pengguna ChatGPT masuk kategori “Asking”, yaitu meminta informasi, panduan, atau saran. Hal ini menunjukkan bahwa ChatGPT lebih banyak dilihat sebagai penasihat digital ketimbang sekadar alat otomatisasi pekerjaan.
Di bawah Asking, ChatGPT menyebut 40 persen total percakapan di chatbot ini dikategorikan sebagai “Doing”.

Kategori ini adalah jenis percakapan yang meminta ChatGPT menyelesaikan tugas seperti menulis draf, membuat rencana, atau menulis kode. Sementara itu yang terakhir ada kategori “Expressing” dengan porsi total percakapan sekitar 11 persen. Percakapan kategori ini menggambarkan penggunaan ChatGPT sebagai ruang refleksi pribadi, eksplorasi ide, hingga hiburan. Topik yang paling banyak dibicarakan Lebih lanjut, OpenAI juga menguak beragam topik utama yang sering dimasukkan pengguna ke dalam ChatGPT. Topik paling populer adalah Practical Guidance yang memiliki porsi sekitar 28,8 persen.
Practical Guidance adalah percakapan ChatGPT yang berasal dari pengguna yang meminta saran, tutorial, edukasi, dan sejenisnya kepada sang chatbot. Di bawah Practical Guidance, ada Seeking Information (mencari informasi) dan Writing (menulis) dengan masing-masing porsi penggunaan 24,4 persen dan 23,9 persen dari total percakapan yang jadi sampel riset.
Selanjutnya, ada topik Multimedia (7,3 persen), Self-Expression (5,3 persen), Other/Unknown (5,2 persen), dan Technical Help (5,1 persen) yang juga berkontribusi pada percakapan antara pengguna dan ChatGPT. Di samping topik utama, OpenAI juga mengungkap bahwa “hanya’ 30 persen pemakaian ChatGPT saat ini yang berkaitan dengan dunia kerja. Sementara sisanya, yaitu 70 persen untuk keperluan non-kerja atau kehidupan sehari-hari. “Ini menunjukkan bahwa ChatGPT dipakai sebagai alat multifungsi, yaitu membantu pekerjaan dan meningkatkan produktivitas di kantor, sekaligus berguna dalam kehidupan pribadi pengguna,” tulis OpenAI di blog resmi mereka. Metode riset OpenAI Studi ini dilakukan oleh tim riset ekonomi OpenAI bersama ekonom Harvard David Deming, Aaron Chatterji, Thomas Cunningham, dkk.
Analisis dilakukan terhadap 1,5 juta percakapan dari pengguna ChatGPT selama tiga tahun belakangan, dengan metode privasi-terjaga (privacy-preserving) tanpa membaca isi pesan satu per satu.

Untuk menerapkan privacy-preserving, OpenAI menggunakan suatu alat atau sistem otomatis untuk menganalisis pola penggunaan dari 1,5 juta percakapan. Sistem ini dapat menganalisis obrolan pengguna dan mengkategorikannya berdasarkan apa yang diminta OpenAI, misalnya untuk Asking, Doing, atau Expressing tadi. OpenAI juga menyebut tujuan hadirnya riset ini bukan untuk memata-matai pengguna, melainkan untuk memahami tren apa saja yang ramai di ChatGPT.
Riset ini juga bisa mengetahui apa yang paling banyak dilakukan pengguna di ChatGPT, sekaligus bagaimana pola itu berubah dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap komunitas dan ekonomi. Saat ini, jumlah pengguna ChatGPT sendiri diklaim sudah mencapai 700 pengguna aktif mingguan, sebagaimana dirangkum KompasTekno dari SocialMediaToday.
Karena jumlah percakapan dan pengguna yang cukup banyak, OpenAI mengeklaim riset ini adalah riset paling komprehensif mengenai penggunaan AI di level konsumen yang ada saat ini.


